Smartphone dan Dampaknya bagi Manusia
Di
zaman yang sangat maju ini, tentu kita tidak asing lagi dengan apa yang namanya
smartphone. Smartphone adalah telepon genggam yang memiliki fungsi seperti
komputer. Dengan smartphone, kita
dapat lebih mudah memperoleh informasi dan lebih praktis untuk dibawa
kemana-mana daripada kita harus membawa komputer atau laptop. Smartphone sekarang sudah banyak
dimiliki oleh banyak orang, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Harganya
juga relatif murah sehingga bukan tidak mungkin lagi jika setiap keluarga
minimal memiliki sebuah smartphone.
Di
dunia ini, ada 4 macam sistem operasi pada smartphone,
di antaranya adalah Android, Blackberry, iOS, dan Windows Phone. Menurut International Data Corporation, pada
bulan September 2014, pengguna sistem operasi Android naik menjadi 85%,
pengguna sistem operasi iOS adalah 11%, pengguna sistem operasi Windows Phone
adalah 3%, sedangkan pengguna sistem operasi Blackberry turun menjadi 1 %. Ini
membuktikan bahwa masyarakat lebih memilih menggunakan smartphone bersistem operasi Android daripada sistem operasi
lainnya.
Menurut
Horace H. Dediu melalui blognya, asymco.com, tertulis jika populasi Android
telah lebih 1 miliar, sedangkan iOS mencapai 700 juta. Selain data soal
populasi jenis sistem operasi, Dediu juga juga mengurutkan negara mana saja
yang memiliki jumlah pengguna smartphone
terbesar. Posisi pertama jelas diduduki oleh China. Dengan populasi lebih dari
1 miliar penduduk, Negeri Tirai Bambu memiliki jumlah pengguna smartphone terbesar, mencapai 422 juta.
Di bawah China, ada Amerika Serikat dengan jumlah pengguna mencapai 333 juta.
Menurut BusinessInsider, tiap
penduduk Amerika Serikat memiliki smartphone.
Jumlah pengguna smartphone di AS mencapai 333 juta orang.
Orang-orang yang berusia 18-54 tahun di AS sudah memiliki smartphone.
Bahkan, 40 persen diantaranya merupakan golongan menengah ke atas. Tepat di
urutan ketiga dan selanjutnya adalah India, Brazil dan Jepang. Dalam data tersebut
disebutkan pula Indonesia menduduki posisi 5 besar dengan pengguna aktif
sebanyak 47 juta, atau sekitar 14% dari seluruh total pengguna ponsel.
Dari
data tersebut, jelas bahwa pengguna smartphone
di dunia sangatlah banyak. Tapi apakah mereka semua mengetahui apa dampak
negatif yang ditimbulkan oleh smartphone?
Seringkali banyak orang yang membeli smartphone
tidak tahu apa dampak negatif dari penggunaan smartphone tersebut.
Menggunakan
smartphone secara berlebihan juga
dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh kita. Contoh dampak negatif penggunaan smartphone yang berlebihan bagi
kesehatan tubuh kita ialah Text Claw dan
Cell Phone Elbow Claw. Text Claw merupakan istilah non-medis
untuk menggambarkan kondisi jari yang kram dan nyeri otot akibat terlalu sering
mengirim SMS atau pesan singkat lain serta bermain game di smartphone. Efek samping lain yang lebih umum
akibat penggunaan smartphone tak
beraturan adalah peradangan pada tendon dan meningkatnya resiko tendinitis dan carpel tunnel. Sementara itu, Cell
Phone Elbow merupakan kondisi kesemutan atau mati rasa di sela-sela jari
akibat menekuk siku terlalu lama.
Lalu
efek kedua ialah iPosture dan Text Neck. Terlalu sering membungkuk
akibat menatap layar smartphone atau
gadget bisa meningkatkan tekanan pada otot leher dan punggung. Penelitian tahun
lalu di Inggris menunjukkan 84% pengguna aktif smartphone mengeluhkan sakit punggung dan leher akibat terlalu sering
menggunakan gadget mereka. Maka dari itu, kurangi waktu penggunaan smarphone
dan gadget lainnya. Jika memang Anda memerlukannya, taruhlah layar gadget
sejajar mata Anda sehingga Anda tidak lagi membungkuk terlalu lama ketika
menggunakan gadget.
Efek yang ketiga ialah Computer vision syndrome. Menatap layar kecil dilengkapi dengan huruf berukuran
'mini' bisa menyebabkan kelelahan pada mata, penglihatan kabur, pusing, dan
mata kering. Selain itu, penglihatan kabur dan otot leher yang sakit juga bisa
memicu sakit kepala. "Jika mata Anda terasa tidak nyaman, ubah ukuran font
di gadget Anda lebih besar. Jaga jarak pandang ke gadget kurang lebih 30 cm dan
sesekali berpalinglah dari layar gadget dan pandang sesuatu yang jauh untuk
peregangan. Jangan lupa untuk berkedip," terang Mark Rosenfield, OD, PhD.
Yang keempat ialah nomophobia.
Nomophobia merupakan singkatan dari no
mobile phone phobia atau ketakutan luar biasa ketika berada jauh dari
ponsel Anda. Menurut sebuah studi terhadap 1.000 orang di Inggris, 66% orang
mengaku takut jika harus kehilangan ponsel mereka. Survei yang tak kalah
menarik dilakukan oleh Chicago Tribune,
di Amerika Serikat, dimana lebih dari 40 persen responden menyatakan bahwa
lebih baik tidak gosok gigi selama seminggu daripada pergi tanpa smartphone. Ada juga survei yang
dilakukan oleh 11Mark, yang menyatakan bahwa 75 persen responden menggunakan smartphone di kamar mandi. Namun, tidak
hanya Amerika Serikat dan Inggris saja yang terkena gangguan mental ini, namun
juga Australia. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Cisco di Australia, 9
dari 10 orang berusia dibawah 30 tahun mengakui mengalami nomophobia. Survei
tersebut dilakukan terhadap 3800 pemakai smartphone.
Bagaimana dengan di Indonesia? Memang sampai sekarang belum ada data yang
pasti. Namun, di Asia sendiri, nomophobia telah menjadi ancaman nyata.
Berdasarkan sebuah survei yang dilakukan di India, 45% dari responden mengalami
nomophobia. Namun menurut Dr. Sanjay Dixit, seorang psikiater yang juga
penelilti riset tersebut, nomophobia belum dimasukkan dalam kategori ‘phobia’
secara resmi oleh buku teks Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association. Meski
demikian, menurut Dr. Dixit, semakin banyaknya pengguna gadget yang nomophonia
dapat saja mencapai skala epidemik. Gejala nomophobia di antaranya kecemasan,
rasa takut berlebih jika jauh dari ponsel, sering memeriksa ponsel dan takut
akan kehilangan ponsel. Dibanding laki-laki, wanita lebih sering mengalami kondisi
ini.
Lalu
efek bagi kesehatan yang terakhir ialah Phantom
Pocket Vibration Syndrome. Profesor di Indiana University menemukan bahwa 89% mahasiswa di ruang kerjanya sering
merasakan ada getaran di kantongnya seakan getaran ponsel, padahal saat itu
ponsel mereka sama sekali tidak bergetar. Kondisi ini sering berkaitan dengan
kecemasan ketika menerima SMS, pesan singkat, email, atau update media sosial dari orang lain.
Sebuah
studi di Rutgers University pada 2006
menyimpulkan, smartphone memicu
kenaikan penggunaan internet yang cukup signifikan, namun berdampak
buruk bagi kesehatan mental. Smartphone
juga membuat orang menjadi kecanduan. Misalnya pengguna smartphone di negara Spanyol tidak bisa hidup tanpa smartphonenya. Pengguna smartphone di
Negeri Matador ini berjumlah 56 juta orang. Hasil survei yang dilakukan oleh
Apingee, Spanyol dikenal sebagai negara yang sangat bergantung pada aplikasi di
smartphone. Sebanyak 93 persen. Bahkan, 11 persen diantaranya tidak
dapat menyantap makan malamnya tanpa sebuah aplikasi khusus di smartphonenya.
Pengguna smartphone di Inggris juga
demikian. Mereka tidak pernah melepaskan smartphone
dari genggamannya. Sebanyak 22 persen orang Inggris mengakui bahwa mereka
sangat kecanduan atau “lengket” dengan smartphone. Tak hanya itu,
mereka juga mengatakan tetap menerima panggilan suara meski sedang berada di
kamar mandi seperti yang dilaporkan TechShortly.
Selain itu, smartphone juga dapat
melemahkan otak. Di balik kemudahan yang diberikan, smartphone berisiko melemahkan daya konsentrasi penggunanya.
Karakternya yang mampu membuat pengguna melakukan sejumlah hal dalam waktu
bersamaan cenderung membuat seseorang kesulitan menyerap informasi lantaran
fokusnya mudah beralih dari satu hal ke hal lain."Sebagai multitasker, otak mereka dibanjiri
terlalu banyak informasi, akibatnya mereka tidak selektif lagi untuk memilah
informasi yang penting dengan cepat," kata Dr. David Goodman, Direktur
Pusat Gangguan Psikologis di Maryland, Baltimore. Untuk itu, ia menyarankan para
pengguna smartphone agar tak
mengaktifkan jaringan internetnya selama 24 jam. “Buat jadwal untuk membuka
email, misalnya satu jam sekali, atau dua jam sekali," kata Goodman.
"Jangan menjadikan diri sebagai budak getar atau dering Blackberry."
Smartphone juga dapat mengganggu waktu istirahat kita. Dengan
layanan internet 24 jam, perangkat smartphone
akan bergetar atau bordering setiap saat, ketika ada email, pesan singkat, atau
chat yang masuk. Dan setiap saat
pula, pengguna akan memainkan smartphonenya,
termasuk ketika sudah berada di tempat tidur. Tak jarang pula,pengguna begitu
sensitif dengan getar smartphone,
sehingga mudah terbangun dari tidur untuk membuka pesan ataupun membaca chat yang masuk. Kebiasaan menyanding smartphone di tempat tidur inilah yang
akhirnya membuat tidur tak berkualitas.Dampak selanjutnya, tentu menyerang
kesehatan. Bukan rahasia lagi bahwa rendahnya kualitas tidur berdampak negatif
pada kesehatan fisik dan mental. Sebuah penelitian mengungkap, pengguna smartphone yang memiliki kebiasaan
memainkannya sebelum tidur rentan mengalami insomnia, sakit kepala, dan
kesulitan berkonsentrasi. Penelitian yang dilakukan Uppsala University di Swedia menambahkan bahwa
radiasi telepon seluler bisa mengganggu aktivitas tidur.
Lalu pada bidang sosial,
penggunaan smartphone yang berlebihan
dapat menyebabkan kita menjadi pribadi yang anti-sosial karena kita sudah
terbiasa chatting, baik chatting di media sosial maupun di
aplikasi chatting tanpa harus menemui
seseorang secara langsung. Di Brasil, pengguna smartphone menyukai aplikasi jejaring sosial. Jumlah pengguna smartphone
di Negeri Samba mencapai 259 juta orang. Orang Brasil sangat menyukai aplikasi
jejaring sosial. Diketahui 18 persen diantaranya men-download aplikasi
jejaring sosial. Presentase ini jauh lebih tinggi dibandingkan AS seperti yang
dilaporkan Latin Link. Lalu di India,
mereka lebih senang melakukan chatting
online. Jumlah pengguna smartphone di India mencapai 700 juta orang.
Kebanyakan dari mereka, terutama pria menggunakannya untuk mengakses aplikasi
dan web. Sedangkan, kaum hawa banyak menggunakannya untuk membuka jejaring
sosial dan IM (Instant Messaging) seperti yang dilaporkan oleh
Nielsen.
Lalu di bidang ekonomi, smartphone dapat membuat penggunanya
menjadi boros. Tarif berlangganan yang disediakan penyedia jasa internet
untuk smartphone cukup mahal
dengan kuota internet yang cukup sedikit. Padahal kebutuhan untuk koneksi
dengan internet cukup memerlukan banyak kuota sehingga kuota cepat habis
sehingga memaksa pengguna smartphone
untuk beli kuota internet lagi.
Namun bagaimanapun juga, smartphone merupakan kebutuhan, tidak
sekadar sebagai sarana hiburan, namun juga sebagai sarana untuk memudahkan kita
memperoleh informasi. Tetapi dampak negatif itu pasti tetap ada. Oleh sebab
itu, kita harus mengantisipasi dampak negatif tersebut.
Pertama,
jangan dekatkan smartphone ketika
akan tidur supaya tidur kita tidak terganggu oleh suara getar/dering smartphone karena ada pesan teks yang
masuk ataupun karena ada chat yang
masuk. Smartphone juga menimbulkan
radiasi yang memiliki dampak buruk bagi tubuh kita sehingga sebaiknya jauhkan smartphone ketika akan tidur.
Kedua,
taruhlah smartphone setiap 15 menit
sekali. Jangan terlalu lama bermain dengan smartphone
karena terlalu lama bisa menimbulkan dampak negatif seperti yang sudah
penulis sebutkan di atas. Beristirahatlah sejenak dari smartphone Anda supaya mata tidak lelah.
Ketiga,
carilah provider internet yang murah dengan kuota internet yang banyak. Semakin
canggih smartphone, maka semakin
besar pula kuota internet yang harus dikeluarkan. Maka dari itu, carilah
provider yang menyediakan layanan internet yang murah dengan kuota yang cukup
banyak.
Keempat,
seimbangkanlah sosialisasi antara teman di dunia maya dan di dunia nyata. Dengan
menyeimbangkan sosialisasi antara teman di dunia maya dan di dunia nyata, kita
dapat menjadi individu yang tidak anti sosial.
Sudah
menjadi tanggung jawab kita untuk menjaga kesehatan yang telah diberikan oleh
Tuhan yang Maha Esa. Oleh sebab itu, sebagai manusia yang memiliki akal dan
budi, kita harus dapat mencegah dampak-dampak negatif dari smartphone.
0 Comment:
Post a Comment